"Ka... Kami memang ingin mengambil sesuatu, Master... Suri berbohong" Aku Amarilis. Pernyataan yang membuat Suri membelalakkan mata. Apakah Amarilis berniat membeberkan rahasia pembuatan ramuan penukar jasad mereka? Jantung Suri berdetak kencang menanti penjelasan Amarilis berikutnya.
Master Roman menyunggingkan senyum sinisnya karena ia pikir ia baru saja berhasil membuat dua orang siswa sekaligus mengaku telah melakukan pelanggaran.
"Se... Sebenarnya... Bukan Suri... Tapi saya" Kata Amarilis. Suri kembali dibuat terkejut. Apa maksud perkataan Amarilis? "Tongkat sihir saya jatuh... Saya meminta bantuan Suri untuk mencari... Karena... Besok ada ujian dan saya butuh tongkat saya" Jelas Amarilis.
Suri menghela napas lega. Tapi tatapan ganas Master Roman belum mengendur sedikitpun.
"Kau berbohong" Desak Master Roman.
"Hentikan Roman!" Bentak Master Zaida. "Amarilis tidak berbohong, aku menemukan ini selagi dalam perjalanan kemari" Kata Master Zaida sambil mengeluarkan sebuah benda panjang berwarna kelabu. Sebuah tongkat sihir.
"Tongkatku!" Seru Amarilis sambil bangkit dan berjalan ke arah Master Zaida. Master Zaida membungkuk dan menyerahkan tongkat itu kepada Amarilis.
"Anak ini tidak berbohong, Roman" Kata Master Zaida.
Wajah Master Roman menggambarkan ketidak percayaan. Namun kemudian senyuman sinis kembali mengembang di wajahnya.
"Amarilis mungkin tidak berbohong, tapi anak ini jelas telah berbohong. Mana kutahu apakah dia memiliki tujuan lain selain mencari tongkat?" Kata Master Roman sambil membungkuk dan menatap dalam-dalam kedua mata Suri.
"Saya memang berbohong, Master. Maafkan saya. Tapi ini saya lakukan untuk melindungi Amarilis. Dia takut diberi hukuman karena menghilangkan tongkat sihirnya" Suri membuat alibi yang sempurna. Amarilis mengiyakan. Tatapan Master Roman tetap dingin dan tajam. Ia tetap akan menjatuhkan hukuman.
"Kalau ada yang harus dihukum, le... lebih baik sayalah orangnya" Kata Amarilis memberanikan diri.
"Tidak. Kalian berdua membuat kesalahan karena menyelinap masuk ke sekolah pada malam hari. Bagaimana kalau kusangka kalian mata-mata? Aku pasti sudah melayangkan mantera penghancur" Kata Master Roman. Suri dan Amarilis membelalakkan mata. Tubuh mereka bergidik ngeri, membayangkan tubuh mereka bisa saja tinggal serpihan seandainya Master Roman tidak mencari tahu siapa mereka. "Kalian akan ikut kelas khusus. Hanya kalian berdua" Kata Master Roman. Suri dan Amarilis pasrah dengan keputusan kepala pengajar itu. Master Zaida pun tak bisa membantah titah Master Roman. Master Roman kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Bersyukurlah dia tidak mengeluarkan kalian. Dengar baik-baik, aku tidak akan membela kalian untuk yang kedua kalinya. Amarilis,itu sungguh ide yang bagus, menjatuhkan tongkat sihir di sekitar lorong yang mungkin kutemukan" Kata Master Zaida. Amarilis tersenyum.
"Itu trik!" Seru Suri. "kau jenius!" Lanjutnya.
"Dengar ya, aku tidak tahu dan tidak mau tahu apa sebenarnya alasan kalian menyelinap ke sekolah. Suri, kuharap kau jera, ini pelanggaran!" Master Zaida memarahi Suri dan Amarilis.
"Maafkan kami" Kata Suri dan Amarilis berbarengan
"Ingat ya! Tidak ada yang kedua kali. Sekarang, kuantar kalian pulang" Suri dan Amarilis mengangguk dan mengikuti Master Zaida meninggalkan gedung sekolah.
Kelegaan melingkupi hati Suri dan Amarilis karena dibela dan berhasil lolos dari hukuman yang lebih berat. Dalam hati, Suri tentu saja tidak akan menyerah. Bagaimanapun caranya, dia dan Amarilis akan tetap membuat ramuan penukar jasad.
:to be continued:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar