"Sempurna" Kata Suri puas setelah rencananya dan Amarilis berhasil. Mereka menyihir dua orang manusia non penyihir dan mendandani mereka serupa dengan penyihir dewasa. Akhirnya mereka membeli bahan-bahan yang kurang dari toko perlengkapan dan bahan-bahan ramuan sihir. Uang bukanlah masalah bagi Suri meskipun bahan yang mereka beli tergolong mahal.
Cuaca mendung dan angin musim dingin berhembus kencang. Menerpa kulit wajah mereka yang tak tertutup pakaian tebal. Musim dingin telah sepenuhnya datang. Pegunungan mulai tertutup es. Hingga warnanya seputih kapas. Seolah ada jutaan lembaran kapas halus betebaran di puncak-puncak gunung dan perbukitan.
"Menurutmu tadi penjaga toko itu curiga tidak?" Tanya Amarilis dengan perasaan was-was.
"Entahlah. Siapa peduli? Kita sudah dapatkan bahan-bahannya, ayo ke rumahku" Seru Suri. Merekapun bergegas menuju rumah besar Suri. Rumah tinggal yang kelewat besar untuk keluarga Suri. Suri hanya tinggal bersama Ibunya dan seorang pelayan. Ayahnya bekerja di luar kota sebagai utusan kepala penyihir lokal. Jabatan yang setara dengan Gubernur di dunia manusia.
Mereka bergegas naik ke lantai dua, menuju kamar Suri. Suri kemudian mengunci kamarnya, yang selanjutnya dimanterai oleh Amarilis dengan mantera ilusi. Sehingga setiap ada yang melewati kamar Suri, tidak akan merasa curiga dengan bau atau suara yang mungkin timbul saat mereka meramu dan mengucap mantera-mantera.
Dengan satu sentakan tongkat sihir, Suri memunculkan sebuah kuali batu besar lengkap dengan pengaduknya yang panjang, persis dayung sampan.Proses peramuan berjalan tanpa celah. Amarilis begitu cekatan dan mengerti setiap pengaturan bahan dan takaran. Memasukkan bahan-bahan disaat yang tepat. Tanpa terasa sudah seharian mereka mengurung diri di kamar Suri. Malampun tiba, saat yang tepat untuk melakukan ritual penukar jasad. Dengan kelebihan ilmu yang dimiliki Amarilis dibandingkan anak-anak seusianya, ia dapat dengan mudahnya mencuri sepasang mayat dari pemakaman manusia.
Suri membantu Amarilis menceburkan sepasang mayat yang membusuk itu ke dalam kuali besar. Asap mengepul kehitaman karenanya. Cairan ramuan yang semula berwarna hijau pekat berubah menjadi oranye sesaat setelah mereka melapalkan mantera.
"Beberapa menit lagi ramuannya siap" Kata Amarilis.
"Akhirnya aku bisa jadi penyihir dewasa dengan instan" Seru Suri riang.
"Ini hanya berlaku sekali, tidak ada penangkalnya. Sekali maju tidak bisa mundur lagi. Kau tidak akan menyesal kan?" Tanya Amarilis, memastikan keteguhan sahabatnya. Pertanyaan yang hanya dibalas anggukan lemah sahabatnya.
"Minum" Kata Amarilis sambil menyodorkan segelas penuh cairan kental berwarna oranye kepada Suri. Wajah Suri terlihat masam. Perutnya bagai diremas-remas hanya dengan membayangkan rasa cairan kental itu. Bahan-bahan sihir plus sepasang mayat. Apa rasanya?
"Aku mual" Kata Suri.
"Oh, ayolah! Kau begitu nekad untuk membuat ini tapi tak bernyali untuk minum?!" Balas Amarilis mengejek.
Suri menghela napas, kemudian menjepit hidungnya dengan dua jari. Amarilis tersenyum geli melihat wajah Suri yang biasanya sangat ambisius dan pemberani pucat dengan titik-titik keringat dingin di sekujur dahi dan lehernya.
"Bayangkan saja itu jus labu yang lezat"
:to be continued:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar