"Master Roman?!" Kata Suri dan Amarilis berbarengan menyadari sosok yang memergoki mereka. Master Roman adalah kepala pengajar di sekolah mereka. Master Roman membuka tudungnya, memperlihatkan wajah tak bersahabatnya. Matanya memandang marah ke arah Suri dan Amarilis. Kulit pucatnya terlihat bagai patung pualam diterpa cahaya keperakan bulan.
"Sedang apa kalian malam-malam begini?" Tanya Master Roman. Suri dan Amarilis saling bertukar pandangan cemas. Mereka belum menyiapkan alasan sebelumnya. Pandangan Master Roman semakin sinis menanggapi wajah pucat kedua muridnya itu. Tanpa menunggu penjelasan dari Suri maupun Amarilis yang terkenal sebagai siswa berprestasi, Master Roman langsung membekukan tubuh mereka dan menyeret mereka dengan mantera.
Master Roman membawa mereka ke salah satu ruang kelas di dalam gedung utama. Master Roman kemudian melapalkan mantera penangkal. Seketika tubuh Suri dan Amarilis kembali seperti semula.
"Sebaiknya kalian memiliki alasan" Kata Master Roman dengan nada sinis.
Suri mencuri pandang ke arah Amarilis yang sedang menundukkan kepala karena ketakutan. Ia tahu, hanya dia lah yang mampu bicara saat ini.
"A... Saya ketinggalan salah satu buku... Dan meminta Amarilis menemani saya" Jawab Suri.
"Malam-malam begini? Kenapa tidak besok saja?" Tanya Master Roman.
"Ya, tapi saya ada ujian besok. Saya butuh buku itu sekarang" Kata Suri lagi.
"Aku tidak melihat kalian masuk ke kelas. Apakah bukumu tertinggal di dalam gudang penyimpanan?" Tantang Master Roman. Suri membelalakkan mata. Benar juga. Ia harus berhati-hati membeberkan alibinya.
"Karena saya rasa... Saya menjatuhkannya di lorong saat perjalanan pulang, Master" Jawab Suri tak gentar.
"Jangan berbohong! Aku paling benci melihat penyihir kecil yang sok!" Bentak Master Roman.
"Buku saya benar-benar tidak ada, Master. Saya tidak berbohong" Kilah Suri. Dalam kepalanya, ia menemukan titik terang. Ia pernah meninggalkan buku teksnya di loker. "saya lupa apakah saya menjatuhkannya atau saya tinggalkan di loker" Kata Suri.
Master Roman mendelikkan mata ke arah Suri, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Amarilis yang gemetaran ketakutan.
"Nona Amarilis, benarkah apa yang dikatakan Suri?" Tanya Master Roman. Amarilis masih menunduk dengan bahu yang gemetaran. "Aku bertanya padamu, Nona" Tegas Master Roman. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya dan seorang pria muda datang memasuki ruang kelas. Suri ternganga. Ia tidak tahu sekolah dijaga banyak sekali orang pada malam hari. Sang wanita adalah Master Zaida, guru perhitungan dan ilmu tata surya, sementara si pria muda adalah penjaga laboratorium ramuan, orang yang sering dikelabui Suri dengan sihirnya, tentu saja untuk mencuri beberapa bahan ramuan sihir. Ternyata menyelinap masuk memang bukan ide yang bagus. Ia lantas menyesali kengototannya untuk menyelesaikan ramuan penukar jasad malam ini juga. Kemudian ia melirik ke arah Amarilis yang masih gemetaran.
"Apa yang terjadi, Roman? Suri? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Master Zaida sambil berjalan mendekati Suri. Ia menatap Suri dengan bingung. Suri adalah anak dari adik iparnya.
"Mereka mengendap-endap masuk dan berusaha membuka segel gudang penyimpanan" Jelas Master Roman. "aku tidak dapat meminta kejujuran dari anak itu" Lanjut Master Roman. Master Zaida memandang takjub dan tak percaya ke arah Suri. Walaupun memang agak nakal, tapi Suri dikenal sebagai anak yang baik di keluarganya.
"Nona Amarilis, saya menantikan keterangan anda" Kata Master Roman menanggapi kepasifan Amarilis. Tapi tetap tidak ada jawaban.
"Tentu sebagai murid yang pandai kau mengerti betul peraturan sekolah ini kan? Tentang jam malam? Area larangan?" Tanya Master Roman sekali lagi. Amarilis tetap diam saking takutnya.
"Anda menakutinya, Master" Tuding Suri. Master Roman melayangkan tatapan sinisnya ke arah Suri.
"Kenapa harus takut kalau tidak bersalah?" Tantang Master Roman.
"Karena Amarilis memang begitu, dia gampang takut" Jelas Suri.
"Diam! Aku tidak sedang bertanya padamu" Bentak Master Roman.
"Ka... Kami memang ingin mengambil sesuatu, Master... Suri berbohong" Aku Amarilis. Pernyataan yang membuat Suri membelalakkan mata. Apakah Amarilis berniat membeberkan rahasia pembuatan ramuan penukar jasad mereka? Jantung Suri berdetak kencang menanti penjelasan Amarilis berikutnya.
:to be continued:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar