Sudah satu bulan berlalu sejak terakhir kali Suri dan Amarilis berbincang. Sekarang musim dingin. Dan hari ini adalah hari terakhir masuk sekolah sebelum libur musim dingin tiba.
Semua siswa dan guru menyangka Suri dan Amarilis tidak lagi berteman. Ada yang mengatakan mereka berpisah karena Suri terlalu mengatur, ada juga yang mengatakan bahwa Amarilis tidak mau berteman dengan Suri yang tidak pintar. Tetapi di kalangan guru berembus kabar bahwa keretakan persahabatan mereka jelas karena peristiwa sebulan yang lalu. Amarilis yang dinilai sebagai siswa yang pandai dan patuh merasa tercemar nama baiknya karena harus ikut kelas khusus bersama Suri yang memang anak yang nakal. Begitulah gosip ya beredar di kalangan guru dan murid. Tapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian.
"Mereka benar-benar menyangka kita bermusuhan" Begitulah isi surat yang ditulis Suri dan disisipkan diantara buku Amarilis. Amarilis tersenyum membacanya. Dengan sebuah mantera ia langsung memusnahkan perkamen itu.
"Begini, aku sudah memerhatikan gerak-gerik semua guru, ternyata memang hanya Master Roman dan Master Zaida yang benar-benar mengawasi kita" Bisik Amarilis kepada Suri. Mereka sedang bertemu secara sembunyi-sembunyi di belakang panti asuhan, rumah Amarilis.
"Lalu kita harus bagaimana? Kita benar-benar tidak bisa mendapatkan bahan-bahan dari sekolah. Dan... Besok sudah libur musim dingin..." Bisik Suri. Amarilis maju selangkah, mendekati Suri yang sedang menyamar menjadi seekor kumbang berpunggung biru.
"Kau serius ingin tetap membuatnya?" Tanya Amarilis sambil berlutut di atas rumput yang menguning dan kering. Dia berharap sahabatnya itu mau berubah pikiran, dan memilih menunggu sepuluh tahun lagi seperti anak-anak lain.
"Tentu saja!" Jawab Suri yakin. "entah sudah berapa kali kau menanyakan hal itu minggu ini" Lanjut Suri. Amarilis memejamkan mata. Mencoba menasihati Suripun akan percuma. Suri adalah tipe orang yang keras kepala. Sekali memutuskan sesuatu, tak akan bisa berubah.
"Aku ada ide" Desah Amarilis. Akhirnya Amarilis memutuskan untuk menemani Suri apapun yang terjadi. Suri yang selama ini mendukungnya, melindunginya. Inilah saatnya ia membalas budi Suri, dengan ilmunya, dengan kepintarannya. Walau jika sekali lagi saja ketahuan, hukuman yang lebih berat menanti mereka. Hukuman yang mungkin malah membuat mereka tidak akan mempelajari sihir tingkat tinggi sekalipun. Ramuan penukar jasad adalah ramuan ilegal, membutuhkan dua jasad manusia.
Amarilis tentu sudah memikirkan hal ini. Ia dan Suri tentu tidak akan membunuh untuk mendapatkan jasad, tentu saja tidak. Itu adalah pelanggaran besar. Mereka memutuskan akan menggunakan jasad orang yang memang sudah mati, tanpa harus membunuh.
Amarilis mengusulkan sebaiknya mereka menyihir orang dewasa dan mengendalikannya. Setelah mereka membelikan bahan-bahan untuk ramuan, Amarilis akan membuat mereka melupakan kejadian yang sudah ada dan melupakan mereka juga. Mantera ini baru saja dipelajari Amarilis satu minggu ini.
"Amarilis, sekali lagi... Kau jenius!" Seru Suri dari sosok kumbang punggung biru.
:to be continued:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar