"Oh tidak, tidak... Aku tidak mau!" Kata Amarilis saat Suri memintanya melapalkan mantera penyamaran. Ia memaksa Amarilis untuk melanjutkan proyek pembuatan ramuan mereka.
Mereka sedang duduk di bawah pohon maple yang besar. Mereka baru saja selesai menjalani kelas khusus sebagai hukuman.
"Ayolah Amarilis, masa hanya karena hampir ketahuan kau langsung kapok?" Tanya Suri tak percaya. Tentunya ia masih berambisi untuk membuat ramuan penukar jasad ilegal.
"Bukan begitu, Master Roman dan yang lainnya pasti akan lebih mempererat penjagaan setelah peristiwa yang kemarin!" Papar Amarilis. "Kita tidak mungkin mencuri dari gudang lagi. Dan memangnya kau tidak merasa aneh pada bahan-bahan yang berhasil kita curi, tapi hilang begitu saja?" Lanjut Amarilis. Ia memikirkan setiap kemungkinan yang ada. Angin musim gugur yang sedingin es menerpa wajah Suri.
"Apa maksudmu?" Tanya Suri tak mengerti.
"Ini baru terpikir semalam. Kurasa semua bahan-bahan di dalam gudang sudah diberi mantera, sekali berpindah tangan, akan langsung kembali lagi ke tempatnya semula" Jawab Amarilis sambil menyerahkan secarik perkamen yang disimpannya di dalam topi kerucut khas penyihir. Berisi ringkasan analisa yang didapatnya dari buku "Panduan Mantera Pengikat Tingkat Lanjut"
Suri membacanya dengan saksama.
"Kalau begitu Master Roman sudah tahu kita mencuri?" Tanya Suri.
"Entahlah, tapi kalau dia memang sudah tahu, mengapa kita hanya diberi hukuman masuk kelas khusus? Kurasa dia menunggu kita melakukannya lagi" Duga Amarilis.
"Maksudmu, ini jebakan?" Tanya Suri.
"Bisa jadi kan? Memangnya kau tidak tahu gosip bahwa Master Roman itu senang mengeluarkan anak-anak dari sekolah" Pernyataan Amarilis membelalakkan mata Suri.
"Jadi dia memberi kita hukuman ringan agar kita lengah dan mencoba mencuri lagi?" Simpul Suri. Amarilis menganggukkan kepala.
"Kita tidak boleh ke gudang dan mencuri lagi" Lanjut Suri. "Kita harus mendapatkannya dari tempat lain"
"Jadi kau tetap ingin melanjutkan ini?" Tanya Amarilis takjub. Untuk urusan seperti ini Suri benar-benar bersemangat.
"Kita hanya kekurangan tiga bahan, mana mungkin aku menyerah! Kau ikut kan?" Tanya Suri memastikan. Amarilis menganggukkan kepala terpaksa. Sebenarnya jika ia bisa memilih, tentunya ia akan memilih untuk menunggu sepuluh tahun lagi hingga benar-benar dewasa dan diperbolehkan mempelajari sihir yang sesungguhnya, dibandingkan membuat ramuan penukar jasad seperti yang diinginkan Suri.
"Kita tunggu dulu sampai keadaan normal lagi, setidaknya sampai kita menyelesaikan hukuman" Saran Amarilis.
"Kau benar... Baiklah, kita pikirkan dulu cara alternatif selain mencuri dari gedung sekolah" Kata Suri.
"Ya, dan lebih baik kita tidak terlihat bersama-sama untuk sementara waktu. Setuju?" Gagas Amarilis.
"Oke" Jawab Suri sambil bangkit dan kemudian meninggalkan sahabat baiknya itu.
:to be continued:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar