Keterangan usia karakter:
Peter Pevensie: 17
Susan Pevensie: 16
Edmund Pevensie: 14
Lucy Pevensie: 12
Nuria Harewood: 16
Disclaimer: semua yang berhubungan dengan Narnia adalah milik C S Lewis :)
Chapter 4
“Oh sudahlah, sepertinya kalian melupakan aku” Desah Nuria pasrah.
“Dan aku di sini… aku tidak mengerti… aku sedang berjalan-jalan di atas kapal ayahku, kami akan ke Amerika sore ini, saat melihat-lihat sisi bawah kapal dari anjungan, kurasa aku terpeleset rokku sendiri dan terjatuh ke air… dan tiba-tiba kalian menolongku?” Jelas Nuria.
“Wow” Komentar Edmund. Dia menaikkan sebelah alisnya, membandingkan dengan saat pertama kalinya ia datang ke Narnia. Waktu itu ia datang melalui lemari pakaian.
“Yang terpenting sekarang, bagaimana aku bisa kembali ke dermaga, ayahku pasti sudah sangat marah sekarang!” Seru Nuria.
“Ehm, soal itu… kurasa kami sama sekali tak bisa membantu” Jawab Peter.
“Apa?!” Seru Nuria. “Tapi… kupkir kalian tahu tempat ini?”
“Kami tak benar-benar tahu… kurasa ini di Archenland, mungkin… aku tak tahu sudah berapa lama waktu berlalu sejak kami meninggalkan tempat ini” Jawab Edmund.
“Archenland? Kupikir kau tadi bilang Narnia?” Tanya Nuria bingung. Archenland? Archenland apa? Ini masih di Inggris kan? Pikirnya.
Peter menjepit dahi diantara kedua matanya dengan jempol dan telunjuk—kebiasaannya saat stress. Dia bingung kalau harus menjelaskan seluruh Narnia pada gadis ini.
“Begini, aku masih belum tahu pasti dimana ini, kurasa kita harus mencari penduduk lokal dan bertanya” Jelas Edmund.
“Jadi kalian juga terdampar seperti aku?”
“Ya. Kami sedang berada di perpustakaan lalu ABRACADABRA! disinilah kita”
“Oh Tuhan jadi ini benar-benar bukan di Inggris? Jadi tempat ini seperti Wonderlandnya Alice? Atau Neverlandnya Peter Pan? Kalian bercanda!” Respon Nuria atas pengakuan Edmund.
“Kedengarannya memang konyol tapi setelah datang ke tempat ini dua kali—dan sekarang yang ke tiga, aku jadi percaya Neverland itu ada, tapi kurasa Wonderlandnya Alice tetap terdengar sinting untukku, bayangkan saja; pasukan kartu remi hah? tentara catur?” Kata Edmund sambil menyeringai.
“Hentikan Ed, itu membuatnya tambah bingung” Kata Peter sambil memutar bola matanya.
“Aku pusing” Kata Nuria akhirnya. Tenggelam sudah membuat kepalanya sakit. Tenggelam dan terdampar di Neverland jelas tak lebih baik.
“Berbaringlah sebentar, aku dan Edmund akan mencari ranting untuk api unggun, sebentar lagi sore dan kurasa udara tak akan jadi lebih hangat saat malam. Mungkin kita bisa menemukan makan malam sekalian” Kata Peter sambil memakai sepatunya kembali. Dia menatap pepohonan di sekitar mereka, berharap salah satunya adalah pohon buah, ia tak ingin kelaparan malam ini.
“Setelah kau lebih baik kami akan ceritakan tentang Narnia” Kata Edmund.
“Aku ditinggal sendirian di sini? Enak saja! Aku ikut!” Tenggelam, terdampar di Neverland, dan sendirian tidak terdengar menyenangkan.
***
“Lucy!” Panggil Susan yang terengah-engah. Mereka sudah berjalan menelusuri hutan lebat tiga jam penuh tanpa istirahat berharap bisa menemukan warga lokal yang kebetulan lewat atau perkampungan tapi tak ada apapun, sejauh ini. Yang mereka yakin adalah, mereka bukan sedang berada di Narnia. Mereka hapal setiap inci hutan di Narnia, sementara tempat ini terasa begitu asing.
“Oh ayolah Su, kenapa kau jadi lamban begitu” Kata Lucy sambil menghentikan langkahnya. Lucy sudah jauh berada di depan Susan.
“Maaf saja tapi aku tak punya energi sebanyak kau. Aku butuh istirahat oke?” Kata Susan sambil mengatur posisi duduknya di bawah satu pohon besar.
Lucy menghampiri kakaknya dan duduk si sisi lain pohon, menggoyang-goyangkan kakinya dengan santai. Entah bagaimana Lucy sama sekali tidak merasa lelah. Dia terlalu bersemangat karena kembali ke Narnia. Pikirannya melayang ke barbagai hal tentang Narnia; para centaurus, pohon-pohon yang bisa berdansa, dan Aslan, sang Singa Agung. Tanpa mereka sadari ada yang mengendap-endap di balik semak dan pepohonan. Enam orang berjubah panjang dengan turban menutupi rambut mereka dan bersenjata sedang mengintai mereka dari berbagai sudut.
“Lu, kau dengar itu?” Tanya Susan.
“Apa?” Tanya Lucy.
“Seperti ada orang bercakap-cakap?” Tanya Susan sekali lagi. Lucy memfokuskan pendengarannya, tapi tak mendengar apapun. Hutan itu sunyi.
“Aku tak mendengar apapun” Tepat saat Lucy menyelesaikan kalimatnya, tiga dari keenam prajurit itu berlari dengan cepat ke arah mereka, menodongkan pedang melengkung yang mengerikan. Lucy menjerit panik. Susan langsung bangkit dan segera memutari pohon besar itu untuk menggapai adiknya, mendekap erat tubuh Lucy di belakang punggungnya, berharap bisa menenangkannya, melindunginya, walaupun ia tak yakin bisa melindungi dirinya sendiri saat ini.
“Kami bukan orang jahat!” Kata Susan pada ketiga orang berturban itu, namun ketiganya tetap menodongkan pedang dan menghampiri mereka. Ketika sudah cukup dekat, muncullah ketiga orang lainnya dari balik semak. Satu diantaranya—yang kumis dan janggutnya paling tebal dan panjang, mengenakan jubah yang lebih bagus dari lima lainnya, gagang pedangnya dihiasi batu-batu mulia. Jelas sekali dia adalah pemimpin mereka atau semacamnya. Susan dan Lucy semakin panik melihat jumlah mereka.
Ketiga orang yang baru muncul itu berdiskusi dengan bahasa yang tak dimengerti Susan dan Lucy. Mereka menatap Susan dan Lucy dengan cermat, penuh pertimbangan. Setelah berdiskusi, si pemimpin berjalan mendekati kuduanya, senyum mengembang di wajahnya.
“Maaf kami menggenggu sore kalian yang indah, Nona-nona, tapi kurasa kalian harus ikut kami” Susan sempat kaget ternyata orang ini bisa berbahasa Inggris. Ketiga prajurit yang tadi menyerbu mereka melambaikan pedang besar mereka, mengisyaratkan keduanya untuk berjalan mengikuti sang pemimpin. Tak merasa punya pilihan lain, mereka mematuhinya. Susan merasakan tubuh Lucy bergetar dalam dekapannya.
“Tenang Lu, semuanya akan baik-baik saja” Bisiknya sambil meremas lengan Lucy. Kuharap, gumamnya dalam hati.
Huwaaaaa... makin mendebarkan...!
BalasHapuspost lagi post lagi post lagi post lagi post la- BLETAKK *dilempar lemari gara-gara berisik*
*pyuuunggg*
BalasHapusngelempar es krim dan pancake buat pembaca setiaku
mangap yang lebaaarr biar muat itu pancake!
XD