Rabu, 14 Juli 2010

Cerita Fiksi: Suri dan Amarilis, dan petualangan kecil mereka. Part 15

“A… apakah Master berhasil?” Tanya Amarilis ragu-ragu.
“Tentu! Pada awalnya, aku sempat ragu, karena pada saat yang bersaan sahabatku Cyra akhirnya mengetahui semua rencanaku. Dia melarangku, memberitahuku betapa berbahayanya ini bagiku, bagi pekerjaan ayahku. Tapi aku kembali berhasil meyakinkan diriku sendiri. Aku sudah bersusah payah selama ini hanya untuk membatalkannya? Tidak akan.
Cyra akhirnya menyerah membujukku dengan cara baik, dia mengancam akan memberi tahu orang lain jika ia tidak diperbolehkan bertransformasi bersamaku. Ia berkata, ‘jika aku tak bisa menghentikanmu, maka kau harus membiarkanku ikut bersamamu’ dan aku menyetujuinya. Dia anak panti asuhan, ia tak punya siapa-siapa kecuali aku, sebagai satu-satunya teman yang dia punya. Aku tak ingin meninggalkannya sendirian, maka, malam itu juga, kami bertransformasi” Amarilis menahan napas saat mendengarkannya. Ceritanya sungguh hampir sama dengan dia dan Suri.
“Mustahil” Desah Amarilis.
“Ya, aku pun tak percaya waktu itu kami benar-benar melakukannya” Kata Master Zaida sambil membelai rambut Suri. “aku bukan bibinya, seperti yang kalian tahu. Aku sepupunya” Amarilis terbengong-bengong. Semua orang mengenal Master Zaida sebagai bibi Suri.
“Sepupu?” Tanya Amarilis.
“Ya, sepupu, waktu aku seusia kalian, Suri masih kecil. Setelah bertransformasi, aku kabur dari rumah bersama Cyra. Kami berdua pergi, perjalanan panjang dan sangat berat, menyebrangi Xam, terus menuju Anetri. Kelelahan, lapar, tak kupikirkan. Tak akan ada yang mencurigai kami di sana, hanya itu yang membuatku tetap berjalan. Tapi tentu saja, aku yang waktu itu tak sepintar yang kukira. Anetri adalah negari kerajaan yang sangat patuh hukum. Kau tidak akan bisa memasuki sebuah kerajaan tanpa izin masuk, dan aku melupakan itu, karena terlalu sibuk memikirkan kekuatan yang akan segera kudapatkan. Tepat saat kami tiba di pelabuhan ibu kota kota Aneba, kami ditangkap pihak kerajaan dan dituduh sebagai penyusup, di pengadilan itulah, semuanya terbongkar” Kisah Master Zaida. “Cyra berusaha melindungiku, ya Cyra tersayang mengatakan dialah dibalik semua ini, dia memanfaatkan aku yang anak seorang pejabat di pemerintahan untuk mengejar obsesinya mempelajari sihr tingkat tinggi. Dia berbohong demi menyelamatkan aku” Semua memori masa lalu Master Zaida berkelebat di depan matanya. Terasa begitu nyata, begitu mengerikan. “ingin sekali aku menyangkalnya, karena pada kenyataannya aku lah yang memulai semua ini, tapi waktu itu aku terlalu syok, terlalu takut, aku terlalu pengecut untuk mengakui semuanya”
“Mereka percaya?”
“Tak semudah itu memang, tapi disaat ayahku datang, semuanya tak bisa kuubah lagi. Pihak kerajaan tentu tak akan menghukum putri pejabat negeri tetangga, ditambah lagi prestasiku yang terlalu mengilap membuat mereka mempertimbangkan hukumanku. Dan benar saja, aku dikembalikan ke tempat ini sementara Cyra tetap menjalani hukuan di penjara kota Aneba. Tongkat sihirnya dihancurkan, dia tak lagi boleh mengenal sihir. Bayangkan saja, gadis seusiamu dipenjara di penjara kerajaan yang gelap, lembab dan penuh dengan penjahat. Aku lah yang seharusnya dikurung di tempat itu, bukan Cyra” Kata Master Zaida. “Cyra yang anggun, gemulai dan sangat pemalu seperti seekor kucing, dengan berani mampu membelaku di depan pengadilan kerajaan, sementara aku? Aku meninggalkannya disana, sendirian” Kenang Master Zaida.
“Lalu apakah Master pernah bertemu dengannya lagi?” Tanya Amarilis penasaran. Senyum getir mengembang di wajah Master Zaida.
“Tentu… tentu, dia kembali ke panti asuhan lima belas tahun kemudian, setelah masa tahanannya, tapi dia bukanlah Cyra yang dulu lagi, dia berubah. Wajahnya buruk rupa, dan yang paling parah, dia membenciku. Cyra berpikiran bahwa aku akan datang menolongnya keluar dari penjara itu atas bantuan ayahku, dia menunggu dan menunggu, tapi kenyataannya aku tak pernah melakukannya. Dia menyerangku dengan mantera yang tak pernah aku ketahui sebelumnya, aku tak mengerti bagaimana ia bisa menguasai kekuatan yang begitu besar, ia sama sekali tadak diperbolehkan bersentuhan dengan sihir pada masa hukumannya. Dia tak hanya melukaiku, tapi dia juga membunuh orang tuaku, dia ingin aku merasakan kesendirian yang dirasakannya selama ini. Dia ingin aku merasakan bagaimana rasanya saat aku tak lagi bisa berlindung dibalik punggung ayahku, bagaimana berjuang untuk hidupku sendiri. Aku harus dirawat secara intensif waktu itu, sementara Cyra menghilang. Terakhir yang kuketahui, dia kembali dihikum, kali ini dikurung oleh penjara sihir, tak terlihat mata, tapi dia tak akan bisa keluar dari belenggu itu. Aku yang membuatnya menjadi seperti itu”
Amarilis membelalakkan mata mendengarnya. Dia tahu tentang hukuan-hukuman pemerintahan sihir, dan tahu dengan detail seperti apa tepatnya penjara sihir, belenggu sihir yang kasat mata. Dan yang paling diingatnya adalah, siksaan dari belenggu itu. Semua kenangan-kenangan buruk yang pernah terjadi di dalam hidup kita akan diputarkan kembali, membuat kita merasakan kembali rasa sakitnya, tekanannya…
“Padang rumput tempat kita menyelamatkan Suri tadi… itulah belenggunya” Perkataan Master Zaida membuat Amarilis kembali terbengong-bengong. Tempat itu memang menguarkan aroma kebencian yang luar biasa dan, luar biasa dingin, berbau busuk. Tapi ia tak pernah menyangka itu adalah belenggu sihir… kalau begitu…?
“Kucing yang waktu itu?! Wanita buruk rupa itu!” Sambar Amarilis ketka semuanya terasa sambung menyambung di kepalanya. Wanita itu mengenal Master Zaida.
“Ya, kau benar, apapun yang kau pikirkan tentangnya… wanita di padang rumput itu adalah Cyra”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar