Catatan Penulis:
A Fan Fiction of The Chronicle of Narnia.
Rating: Teen >> for safety, sedikit romance soalnya.
Disclaimer: i own NOTHING except MY OWN CHARACTER.
Latar waktu dalam cerita ini adalah setelah "The Chronicle of Narnia: Prince Caspian"
Penokohan dalam fic ini tentu saja masih berpusat pada keempat Pevensie dan Caspian X dan dengan tambahan satu tokoh ciptaan gua, Nuria.
Dua pairin, Susan x Caspian dan Edmund x Nuria.
Gua merasa king Ed sedang dalam usia yang tepat untuk jatuh cinta for the first time LOL
Oke, ini adalah fic Narnia pertama sepanjang hidup gua, dan, gua sangat excited! Semoga ceritanya menghibur! :D
Chapter 1
"Selamat datang di Narnia. Negeri yang terbentang antara lamp-post dan istana Cair Paravel di laut Timur. Tempat dimana hewan-hewan dapat berbicara, hal-hal ajaib terjadi dan dimana petualangan bermula"
Lucy Pevensie memandang lurus ke luar jendela ruang kelasnya, kearah langit biru cerah tanpa awan di luar sana.
Ia berharap ada seekor faun baik hati yang mengatakan kalimat itu. Ia benar-benar berharap ia ada di Narnia sekarang.
Tapi kenyataannya, dia sedang di London. Tepatnya di dalam salah satu ruang kelas di sekolah asramanya.
Sudah satu hari berlalu sejak keberangkatannya melalui portal yang dibuat Aslan dari istana Telmarine menuju peron kereta api yang kemudian membawanya ke tempat ini.
Baru dua puluh empat jam ia meninggalkan Narnia, tapi ia merasa sudah pergi untuk waktu yang lama.
Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Setelah meletakan barang-barangnya di kamar asramanya, Lucy bergegas naik ke lantai tiga gedung asrama putri untuk menemui kakaknya.
Tiga kali ketukan ringan di pintu kamar cukup untuk menarik perhatian seseorang di dalamnya. Pintu pun terbuka.
"Ya?" Tanya seorang gadis berambut pirang menyambut Lucy di depan pintu.
"Bisa aku bertemu Susan?" Tanya Lucy. Gadis itu memerhatikan Lucy dengan seksama, menyadari kemiripan wajah gadis kecil ini dengan rekan sekamarnya.
"Oh, tentu! Kau pasti Lucy kan? Masuklah," Kata gadis itu sambil menyingkir dari depan pintu untuk memberi Lucy ruang. "well, mungkin kalian butuh privasi?" Tanya gadis pirang itu sambil berjalan ke luar pintu.
"Oh, terima kasih"
Kamar ini sama persis dengan kamar asramanya, dua tempat tidur, dua meja ber-rak, dua lemari pakaian dan satu kamar mandi di pojok ruangan.
Lucy berjalan perlahan dan mendapati kakaknya sedang memandang lurus ke luar jendela kamarnya, persis seperti yang dilakukannya tadi.
Lucy mengerti perasaan kakaknya. Yang dirasakan kakaknya berbeda dengan rasa rindunya terhadap Narnia. Dia jatuh cinta pada Caspian dan tidak mungkin bersama, karena Aslan sudah memutuskan bahwa Susan dan Peter tak akan kembali lagi ke Narnia.
"Susan," Panggil Lucy. Susan menoleh dan mendapati adiknya sudah berdiri di sampingnya.
"Lucy? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Susan yang baru menyadari kehadiran adiknya dan ketidak hadiran rekan sekamarnya Lily.
"Hanya ingin ngobrol dengan mu... tentang Narnia," Jawab Lucy.
"Oh, Lu... aku sungguh tidak sedang dalam mood yang bagus untuk bicarakan ini" Sahut Susan sambil menghela napas panjang.
"Maaf Su, aku tak bermaksud mengganggumu, tapi tak ada seorangpun yang tahu tentang Narnia di sini, sementara Peter dan Edmund ada di sekolah laki-laki" Kata Lucy sambil duduk di samping kakaknya. Susan tersenyum dan berdiri untuk membuka jendela kamarnya, mungkin, angin yang berhembus masuk bisa sedikit mengurangi beban pikirannya.
Saat jendela terbuka, angin segar berhembus masuk membelai wajah Susan, membuatnya harus menyipitkan mata karena angin yang bertiup makin keras.
"Susan! Tutup jendelanya!" Seru Lucy saat menyadari ini mungkin saja badai.
Tetapi angin yang semakin keras bertiup seolah melempar mereka ke tengah ruangan.
Buku-buku berterbangan, lemari pakaian pun berantakan dibuatnya.
"Lucy!" Pekik Susan sambil menghampiri adiknya yang terhempas sampai ke sudut ruangan.
Ketika ia menyentuh tubuh Lucy, angin yang luar biasa aneh itu berhenti berhembus.
"Apa yang tadi itu?" Tanya Lucy.
"Entahlah" Jawab Susan.
Kamar Susan jadi luar biasa berantakan.
"Su! Lihat!" Seru Lucy sambil menunjuk sudut kamar. Ada sebuah pohon besar disana.
"Bagaimana...?" Susan berdiri dengan kebingungan.
Seketika pemandangan di sekitar mereka berubah perlahan. Dinding-dinding kamar memudar, digantikan dengan pepohonan hutan hujan tropis yang berlumut.
Semua perabot; tempat tidur, meja belajar dan lemari menghilang. Merekapun menyadari segala sesuatu jadi lebih terang, karena di atas mereka tak lagi dibatasi langit-langit, melainkan langit asli.
Udara pun berbeda, lebih kaya akan oksigen dan semakin menyegarkan dengan wangi dahan dahan muda dan tanah lembab.
"Mustahil!" Seru Susan.
Baru sehari berlalu dan mereka sedang berada di Narnia lagi?
Dan, bukankah Aslan sudah mengatakan bahwa Susan dan Peter tak akan pernah kembali lagi ke Narnia?
"Oh Susan! Kita di Narnia!" Lucy berteriak senang sambil melompat-lompat dengan lincahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar