Selasa, 15 Juni 2010

Cerita Fiksi: Suri dan Amarilis, dan petualangan kecil mereka. Part 14

"Aku tahu remua rencanamu dengan Suri sejak awal dan menipu kalian dengan meletakan resep ramuan perubah jasad palsu di laciku. Awalnya hanya sekedar ingin melihat bagaimana kalian berusaha mendapatkan bahan-bahan ramuan itu. Ternyata kalian berdu benar-benar nekad dan luar biasa tidak tertolong lagi kenakalannya. Kau juga, aku sempat kaget kau menguasai dengan baik banyak sekali mantera tingkat lanjut. Aku salute, tapi juga tak habis pikir pada saat yang bersamaan" Jelas Master Zaida.
Untuk sejenak Amarilis merasa sangat lega ternyata ramuan yang diminumnya dengan Suri itu palsu, tapi kemudian dia jadi ngeri sendiri karena tindak-tanduknya selama ini ternyata diketahui gurunya.

"Kau sadar sekarang? Betapa berbahayanya akibat yang dapat ditimbulkan jika kau memaksakan sesuatu yang memang belum saatnya?" Master Zaida melirik ke arah Suri.
"Aku menyesal... harusnya aku tak terpengaruh ambisi Suri..." Amarilis merasakan matanya berkaca-kaca.
"Aku tahu. Dan aku tak bisa menyalahkanmu sepenuhnya. Aku mengerti apa yang kau rasakan" Desah Master Zaida sambil berlutut di depan Amarilis hingga tubuh mereka sejajar. Master zaida menatap kedua mata Amarilis dalam-dalam. "dulu pun, aku juga seperti kalian. Penasaran setengah mati pada sihir tingkat tinggi. Mengapa harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa sekedar melihatnya? Mengapa tak semua penyihir bisa mempelajarinya? Mengapa ini, mengapa itu, banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku saat itu" Master Zaida meraih pundak Amarilis untuk menyuruhnya duduk di lantai sisi tempat tidur Suri.
"Tapi Master tak sebodoh aku... yang terlalu berambisi untuk mempelajari sihir tingkat tinggi, menghalalkan segala cara" Nada menyesal terdengar sangat kental dalam kata-kata Amarilis. Master Zaida tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Terbayang semua kejadian dimasa lalu, disaat dia masih seperti Amarilis dan Suri. Mencuri dengar obrolan para guru membincangkan sihir tingkat tinggi, menemukan resep ramuan perubahan... Cyra... sahabatnya tercinta.
"Percayalah, aku bahkan lebih bodoh dari kau saat itu" Kata Master Zaida saat tawanya lenyap.
"Maksud Anda?" Amarilis menautkan kedua alisnya karena bingung. Master Zaida menghela napas panjang sebelum menjawab,
"Aku menemukan resep ramuan itu... yang asli"
"Apa?!" Amarilis membelalakkan mata.
"Saat itu aku sepertimu, siswi terpintar di sekolah sihir, aku bahkan bisa langsung masuk kelas lanjutan tiga tahun lebih awal dari anak-anak seumurku. Aku sangat, sangat bangga pada diriku sendiri. Semua guru dan staff pemerintahan sihir mengenalku, bukan karena aku anak dari kepala tata hukum dan undang-undang sihir, tapi karena diriku sendiri. Dan satu sifatku yang tak pernah puas, aku ingin lebih hebat dan lebih kuat lagi... secepatnya. Aku ingin segera mempelajari sihir tingkat tinggi, hanya saja ada satu hal yang menghalangiku saat itu: usia. Secerdas apapun kau, sejenius apapun kau, jika usiamu belum mencukupi, kau takkan bisa. Maka, aku pergi ke kantor ayahku. Semua orang disana mengenalku dengan status 'anak jenius' sekaligus 'anak kepala tata hukum dan undang-undang sihir' dan mereka membiarkan saja aku masuk ke ruang kerja ayahku, tak ada yang curiga. Aku mencurinya dari brangkas kantor ayahku di pemerintahan sihir. Ada satu buku penuh mantera-mantera tingkat tinggi dan aku lebih dari senang saat itu. Aku bahagia, karena dengan buku ini, akhirnya impianku, untuk mempelajari sihir tingkat tinggi secepatnya akan tercapai" Papar Master Zaida. Amarilis masih membelalakkan matanya karena takjub.

"Aku... tak pernah memikirkan akibatnya... setelah menemukan resep itu, aku mengumpulkan sedikit demi sedikit bahan-bahan ramuan, aku hampir bisa mendapatkan semua yang kuinginkan. Ayahku sangat memanjakan aku, karena aku yang jenius ini, dan mendapatkan bahan-bahan ramuan itu darinya. Aku beralasan sedang melakukan proyek sekolah, oleh karena itu, aku hanya bisa meminta bahan-bahan yang berbahaya dan langka dalam jumlah yang sedikit, sangat sedikit, tapi aku sudah bertekad, maka aku mengumpulkannya sambil berpura-pura tak ada yang terjadi, aku tetap jadi anak seusiaku saat itu; pergi ke sekolah, mengerjakan tugas dan berteman, sahabatku satu-satunya, Cyra pun tak tahu ada yang kusembunyikan. Semua orang mengenalku sebagai Zaida yang jenius dan rendah hati, padahal aku jauh dari itu semua"

:to be continued:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar