Sabtu, 07 Agustus 2010

Fanfiction: The Lion's Call

Keterangan usia karakter:
Peter Pevensie: 17
Susan Pevensie: 16
Edmund Pevensie: 14
Lucy Pevensie: 12
Nuria Harewood: 16

Disclaimer: semua yang berhubungan dengan Narnia adalah milik C S Lewis :)

Chapter 6


“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Edmund kepada Nuria. Mereka sudah menyelesaikan makan malam dan Peter sudah tertidur lelap. Nuria memalingkan wajahnya dari danau di hadapannya ke arah Edmund. Mata hitam pekatnya memantulkan cahaya kekuningan dari api unggun. Nuria menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.
“Aku hanya… kau tahu… mungkin saja kalau aku menenggelamkan diri di tengah sana lagi, seperti siang ini… mungkin saja kan aku kembali?” Tanya Nuria. Edmund memerhatikannya dengan saksama.
“Mungkin saja” Kata Edmund akhirnya sambil menganggukkan kepalanya. “tapi kalau salah, kau mati. Simpel?” Nuria membelalakkan mata mendengarnya. “soalnya aku tak berniat menceburkan diri ke sana lagi dan menolongmu” Lanjut Edmund sambil merebahkan tubuhnya diatas rerumputan setebal karpet bludru yang lembab. Nuria kembali memandangi danau di hadapannya, melipat kakinya di depan dada dan memeluknya. Ia memikirkan ayahnya, satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Sedang apa dia sekarang? Apa dia mencarinya dan membatalkan perjalanan ke Amerika atau malah dia sudah meninggalkannya dan berangkat sendirian? Berapa lama dia harus berada di tempat asing ini?
“Aku takut” Desahnya. tak tahu apakah Edmund sudah terlelap dan tak mendengarnya. Tapi ternyata Edmund masih terjaga dan kembali bangkit dari rebahnya dan duduk merapatkan jarak dengan Nuria. Nuria memalingkan wajahnya lagi ke arah Edmund dan mendapati Edmund sedikit mengembangkan senyum untuknya.
“Kau akan baik-baik saja, aku janji” Kata Edmund dengan suara pelan yang menenangkan. “sudah larut, cobalah untuk tidur, besok akan melelahkan sekali” Katanya kemudian. Nuria menganggukkan kepala dan merebahkan dirinya. Edmund melakukan hal yang sama tepat di sebelah Nuria.
“Selamat malam”

Jauh lebih ke tengah hutan, delapan pleton tentara kerajaan Archenland pengiring raja Archenland itu sendiri, melintasi hutan dengan langkah gontai. Mereka baru saja melakukan perjalanan menuju Calormen. namun di luar dugaan, badai pasir yang melanda mencegah mereka melangkah lebih jauh ke Calormen. sebagai hasilnya, mereka hanya mendapatkan rasa lelah yang luar biasa akibat badai dan suhu gurun pasir yang luar biasa tinggi pada siang hari dan juga luar biasa rendah saat malam tiba.
King Nain memerintahkan pasukannya untuk berhenti dan beristirahat sebelum kembali melanjutkan perjalanan mereka kembali ke istana pada paginya. Sebenarnya ia ingin sekali memaksakan perjalanan ini karena jarak istana yang sudah dekat, tetapi ia tahu betul pasukannya tak cukup tidur beberapa hari kebelakang. Mereka pun mendirikan kemah dan bermalam di salah satu padang rumput dekat danau tempat Peter dan yang lainnya bermalam. Ketika salah seorang prajurit berjalan ke arah danau untuk mengambil air, ia mendapati ada api unggun yang menyala dan melaporkannya kepada atasannya. Dengan segera, beberapa orang tentara sekaligus kembali ke danau itu dan memerhatikan dengan saksama ada tiga orang yang sedang tertidur dengan lelapnya. mereka lalu kembali ke perkemahan dan melaporkannya kepana King Nian. Setelah mendengarkan penjelasan tentang cirri-ciri ketiga orang yang ditemui prajuritnya, King Nian merasa mereka bukanlah mata-mata Calormen dan memerintahkan untuk membiarkan saja ketiga pengembara itu tertidur dan meminta dua orang ksatrianya menemui mereka pagi harinya.
Nuria mengerjapkan mata berkali-kali, menghilangkan selaput bening dari matanya. ada dua sosok bayangan besar dihadapannya, berwarna keperakan mengilap, memantulkan sinar-sinar matahari pagi. Nuria membelalakkan mata saat menyadari dua bayangan berkilauan itu adalah dua sosok tinggi besar berbaju zirah lengkap dengan pedang yang menggantung di pinggang mereka. Spontan, Nuria menjerit sekerasnya. Membangunkan Peter dan Edmund sekaligus.
Dengan sigap, kedua Pevensie berdiri, Peter melangkah ke depan Nuria dan Edmund menarik lengan Nuria untuk menyeretnya agar berdiri di belakang punggung Edmund. Nuria meremas bagian belakang pakaian Edmund dan menyembunyikan wajahnya di balik punggung Edmund, gemetaran. Ini adalah pertama kalinya ia melihat dua orang dengan baju perang lengkap seperti itu dan kesannya tentu bukan kesan menyenangkan. Kedua ksatria yang juga dibuat kaget oleh jeritan Nuria sudah dalam posisi siaga dengan pedang di tangan.

Setelah beberapa detik yang menegangkan, kedua ksatria itu menurunkan todongan pedangnya. Ketiga remaja dihadapan mereka tak trlihat berbahaya, apalagi mereka tak bersenjata sama sekali. Keduanya kembali memasukkan pedang mereka kembali ke sarungnya.
“Maaf atas insiden kecil ini, kami sama sekali tidak bermaksud untuk menakuti kalian” Kata salah seorang tentara dengan rambut pirang bermata biru. Ksatria, lebih tepatnya. Sikap mereka yang sopan disadari oleh Peter.
“Kalian sedang berada di wilayah kerajaan kami, Archenland. kalian… kelihatan tersesat, dari mana asal kalian?” Kata seorang lagi, yang kelihatan lebih tua dari yang berambut pirang tadi. ia menuntukkan lambang kerajaan Archenland, berupa sebuah salib merah dengan latar kuning. Setelah melihat lambang itu, kedua Pevensie menghela napas lega.
“Perkenalkan, para ksatria yang terhormat, Aku Peter. Ini adalah adikku, Edmund, dan… Nuria. kami berasal dari Narnia” Kata Peter penuh wibawa. kedua tentara itu saling bertukar pandang.
“Aku yakin, raja kalian akan mengenali kami, Tuan-tuan. bersediakah kalian membawa kami menemui raja kalian? Aku yakin raja kalian mengenal kami” Tanya Edmund. Edmund sadar, penampilan mereka tidak akan membuat dua ksatria ini percaya kalau mereka adalah raja Narnia. Nada suaranya yang penuh dengan keagungan sempat membuat Nuria terpesona.
“dia kan raja, dia kan raja, mereka kan raja” Gumam Nuria dalam hati. Seorang raja sudah sepantasnya berperilaku seperti itu.
“Kami sekali lagi minta maaf, wahai para pengembara, kalian begitu santun, namun kami tak punya kuasa untuk mempertemukan kalian dengan raja kami” Kata seorang ksatria yang berambut pirang, yang lebih muda. Gaya bahasa mereka membuat Nuria mengernyit. Tahun berapa sih ini?
“Tapi mungkin, pimpinan kami bisa” Kata yang lebih tua. “mari, ikut dengan kami” Kata ksatria itu. Merekapun mengikuti kedua ksatria itu ke perkemahan mereka.

Peter dan Edmund dibuat terperangah oleh tenda-tenda ksatria disana. mereka baru saja selesai mempak kembali barang-barang bawaan mereka.
“Archenland berperang?” Tanya Peter pada kedua orang di depan mereka. Tentu saja Peter tahu perkemahan semacam ini. Sementara Nuria dibuat terbengong-bengong dengan pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. “dengan siapa?” Lanjut Peter.
“Maaf, wahai Tuan yang penasaran, sebaiknya pertanyaanmu itu disimpan dan untuk diajukan kepada pimpinan kami. Kami, tak punya wewenang untuk memberikan informasi” Jawab ksatria yang lebih tua. Peter mengangguk dan mengikuti kedua ksatria masuk lebih ke dalam area perkemahan. kedua ksatria itu meminta mereka menunggu di luar salah satu tenda sementara mereka menemui pempinan mereka. beberapa tentara yang melewati tenda itu memerhatikan Peter, Edmund dan Nuria dengan saksama. Nuria merasa sedikit risi atas tatapan mereka dan kembali bersembunyi di balik punggung Edmund. Edmund menyadari perubahan sikap Nuria yang kemarin banyak bicara menjadi pendiam seperti sekarang.
“Pakaian kita… itu yang mereka perhatikan” Jelas Edmund sambil memalingkan wajahnya ke belakang untuk bicara dengan Nuria.
“Pakaian?” Tanya Nuria.
“Ya, kau lihat kan? Pakaian kita terlalu modern untuk tempat ini. Anggap saja kita sedang terdampar di abad pertengahan Inggris” Jelas Edmund.
“Ooh” Desah Nuria. “mereka kelihatan… kau tahu, tidak bersahabat?” Tanya Nuria. Edmund mengembangkan senyuman khasnya. senyumannya menmbuat Nuria, entah bagaimana, merasa aman.
“Tidak apa-apa, Archenland berhubungan baik dengan Narnia. Aku bersyukur kita benar-benar terdampar di Archenland, bukan tempat lain” Nuria mengangguk dan melepaskan cengkramannya pada pakaian Edmund, yang tanpa sadar dilakukannya. Kemudian, ksatria yang lebih muda keluar dari tenda dan mempersilakan mereka semua masuk ke dalam tenda.

Suasana dalam tenda cukup membuat Nuria, yang tidak pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya, merasa luar biasa gugup. Sekali lagi, tanpa sadar, ia meremas pakaian bagian belakang Edmund.
“Selamat pagi, para pengembara. Selamat datang di Archenland” Salam seorang lelaki paruh baya yang langsung berdiri.
“Terima kasih, sambutanmu ksatria yang terhormat, aku Peter, dan ini adalah saudaraku Edmund, dan Nuria dan kami berasal dari Narnia” Sebut Peter sekali lagi.
“Kau yakin kau berasal dari Narnia? setahuku satu-satunya manusia yang tinggal di Narnia adalah sang raja sendiri, King Caspian” Kata pria itu.
“Ya, anda benar tuan ksatria, tapi ada satu hal penting yang anda lewatkan. Sebelum King Caspian, Narnia juga dipimpin oleh empat orang manusia” Jelas Peter.
Pria itu kelihatan berpikir sebentar dan menganggukkan kepalanya.
“Ya, empat bersaudara, Kings and Queens of Old…” Pria itu memebelalakkan mata sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya. “High King Peter?” Tanya pria itu tak yakin.
“Ya, tuan ksatria yang cerdas. Aku adalah Peter, Raja tertinggi Narnia, yang menyerahkan takhtanya kepada King Caspian dari Telmarine untuk memerintah Narnia disaat kami tidak ada. Bisa aku bertemu dengan rajamu sekarang? aku yakin dia lebih mengenal kami?”

:tbc:

2 komentar:

  1. Aww.... sudah mulai 'hampir' ke inti cerita nih kayaknya...
    Aduh... jadi rindu Caspian... *menghayal mode on*

    BalasHapus
  2. yups, emang udah mulai masuk inti cerita :)
    thanks for support! :D

    BalasHapus